Kemarau Panjang Hantui Sepuluh Kecamatan, Petani Kabupaten Bogor Terancam Gagal Panen

Kemarau Panjang Hantui Sepuluh Kecamatan, Petani Kabupaten Bogor Terancam Gagal Panen

Smallest Font
Largest Font

PORTALBOGOR.COM, KABUPATEN BOGOR - Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Bogor selama dua bulan terakhir menjadi ancaman serius bagi produksi padi di wilayah ini. 

Sepuluh kecamatan yang merupakan lumbung padi utama, termasuk Cariu, Tanjungsari, dan Sukamakmur di timur, serta Leuwisadeng, Parung Panjang, Ciampea, dan Pamijahan di barat, kini berada di ujung tanduk menghadapi potensi gagal panen.

Sekretaris Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor yaitu Tatang Mulyadi, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kekeringan ini dapat berdampak luas pada pasokan beras, tidak hanya di Kabupaten Bogor tetapi juga di wilayah Jabodetabek. 

Kabupaten Bogor yang dikenal sebagai penyangga utama beras Jabodetabek, menyumbang sekitar 35-40 persen peredaran beras di wilayah tersebut. 

"Jika gagal panen benar-benar terjadi, pasokan beras akan menurun drastis dan memicu lonjakan harga beras di pasar," ujar Tatang, Jumat (20/9). 

Ketidakpastian ini memberikan tekanan pada petani yang telah merasakan hasil panen yang tidak optimal, terutama di Sukamakmur dan Tanjungsari yang sudah melaporkan kasus gagal panen.

Walau demikian, Tatang mengungkapkan bahwa asuransi pertanian yang didanai oleh APBD dan APBN melalui program Jasino dapat menjadi solusi sementara.

"Petani yang mengalami gagal panen bisa mengklaim asuransi sebesar Rp 6 juta per hektar," tambahnya. 

Meski begitu, upaya ini tidak serta merta dapat menghapus dampak kekeringan yang meluas.

Selain program asuransi, pemerintah juga telah meluncurkan bantuan pompanisasi dan pipanisasi untuk mengatasi kekurangan air di area persawahan. 

Namun, bantuan ini dirasa belum cukup efektif mengingat kekeringan yang berkepanjangan. 

"Seharusnya, dengan bantuan pompanisasi dari Kementerian Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Bogor, dampak kekeringan bisa diminimalisir," jelas Tatang.

Dengan terbatasnya ketersediaan bibit padi—hanya 375 kilogram untuk 2.150 kelompok tani—krisis pangan lokal kini menjadi momok yang sulit dihindari.

"Ketersediaan bibit sangat menentukan ketahanan pangan kita ke depan, apalagi di tengah kondisi seperti ini," tutup Tatang. 

Kabupaten Bogor kini dihadapkan pada krisis yang tidak hanya menantang sektor pertanian, tetapi juga ketahanan pangan di wilayah Jabodetabek.***

Editors Team
Daisy Floren